Kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara
Eksistensi kawasan konservasi hutan rawa yang berada di Taman Nasional (TN) Berbak semakin menguatkan posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki megabiodiversity (keragaman hayati berlimpah ruah) kelas wahid di dunia. Dengan luas sekitar 162.700 hektare, TN yang berada di Provinsi Jambi ini merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang masuk dalam Konvensi Ramsar.
Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Konvensi Ramsar diratifi kasi pemerintah Indonesia pada 1991 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 48 Tahun 1991.
Rekor ini tentu saja membanggakan kita semua. Bukankah di zona inti dari kawasan TN itu kita dapat melestarikan alam yang kian ringkih? Tidakkah alam yang terjaga dengan baik bekalangan ini sangat berpotensi menarik minat wisatawatan yang memang gemar menjelajahi alam raya (ecotourism)? Tak hanya itu, di kawasan penyangga pun masyarakat lokal bisa membudidayakan beragam jenis ikan sesuai habitatnya. Dijamin hasilnya akan lebih tinggi kalau mereka melakukannya sesuai dengan kaidah-kaidah budidaya perikanan yang benar.
Apalagi di zona penyangga ini bersebelahan dengan zona inti yang masih memiliki alam yang asri dan keragaman hayati sangat tinggi. Kondisi ini sangat mendukung tercapainya hasil panen yang tinggi.
Dalam batas-batas tertentu, masyarakat lokal juga dapat memanfaatkan langsung berbagai potensi alam yang tersedia secara berkelanjutan. Selain itu, berbagai kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, serta industri kecil dan rumah tangga (home and small industry) terbuka untuk dikembangkan.
Aset Nasional
Jelaslah bahwa keberadaan TN Berbak yang berada di dua kabupaten (Batanghari dan Tanjung Jabung) serta empat kecamatan (Kumpeh, Rantau Rasau, Nipah Panjang, dan Sadu) ini merupakan aset nasional yang wajib kita jaga, lindungi, lestarikan, dan manfaatkan dengan sebaik baiknya. Kalau sekarang ini kita lalai menjaganya, tak ada kata terlambat untuk segera menyadarinya lantas memperbaiki kesalahan tersebut.
Seluruh stakeholders mulai dari pemerintah (pusat dan daerah), perusahaan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, sampai masyarakat lokal harus terlibat secara aktif menyelamatkan aset nasional yang masih tersisa. Rasanya, sangat sulit menemukan perpaduan yang harmonis antara ekosistem hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, dan pantai yang berhadapan dengan Selat Malaka.
Fakta menunjukkan, kawasan yang secara geografi s terletak di antara 104o 6’ – 104o 30’ Bujur Timur dan 1o 5’ – 1o 35’ Lintang Selatan dan berada pada ketinggian 12,5 meter di atas permukaan laut ini menjadi tempat favorit bagi persinggahan burung-burung migran setiap tahun. Ribuan burung ini singgah sejenak, bukan hanya untuk melepas lelah setelah mengarungi samudra luas.
Lebih dari itu, burung-burung migran ini juga harus menyantap makanan yang cukup sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan jauhnya. Fenomena ini tentu saja menjadi daya pikat tersendiri bagi para penggemar burung yang hidup di alam bebas.
Itulah keunikan Pantai Cemara yang menjadi tempat berkumpulnya burung-burung migran seperti trulek, trinil, dan lain-lain. Betapa eloknya menyaksikan ribuan burung terbang secara berkelompok.
Di pantai yang ditumbuhi banyak cemara dan terletak di Desa Sungai Cemar ini kita dapat mengabadikan tingkah polah burung migran. Anda tak perlu repot-repot menenteng teropong karena di sana telah tersedia menara pengintai dan teropong.
Di luar itu, di TN Berbak hidup sekitar 300 jenis burung yang aduhai eloknya. Sebut saja burung bebek hutan (Cairina scutulata), semua jenis raja udang (Alcedenidae), 9 jenis rangkong yang hidup di Sumatera, dan bangau tontong (Leptotilus javanicus).
Di kehidupan lain, beberapa jenis primata seperti beruk (Macaca nemestrina), kera ekor panjang (Macaca fasticularis), surih (Presbitis cristata), dan siamang (Symphalangus syndactylus) juga menjadi mata rantai yang saling menyatu dengan fl ora dan fauna lainnya. Fauna dari kelompok mamalia di antaranya tapir (Tapirus indicus), harimau sumatera (Panther tigris sumatrensis), dan beruang madu (Helartos malayanus).
Anda juga perlu hati-hati ketika melintasi sungai-sungai di sana. Bukan apa-apa, beberapa jenis reptilia, seperti buaya muara (Crocodilus porosus) dan buaya air tawar (Tomistoma schegelii) siap mengintai kita yang lengah.
Jika beruntung Anda juga bisa menemukan biota air yang unik seperti kura-kura gading (Orlita borneisnsis) yang elok, labi-labi, tutong (Batagur baska), ikan arwana yang eksotis, serta belida yang sangat lezat dan gurih rasanya.
Nikmati Keasriannya
Sekali waktu cobalah nikmati panorama keasriannya. Hutan mangrove dengan akar papan yang tinggi dan kokoh serta akar-akar nafas mendominasi ekosistem lahan basah rawa-rawa. Himpunan pohon nipah (Nypha), pandan, dan palem menambah perpaduan alam yang serasi.
Bayangkan, kawasan ini memiliki 10 jenis pandan dari keluarga Pandanaceae dan 27 jenis palem dari keluarga Aracaceae. Salah satu palem yang menggoda pandangan mata adalah pinang merah (Crytostachys renda).
Dengan tinggi 6-14 meter dan diameter 15 cm, tanaman hias ini memiliki harga jual yang sangat tinggi. Maklum, tulang daunnya berwarna merah terang. Ia tampak memesona ketika dipadukan dengan warna bunganya yang bervariasi berdasarkan umur. Bunga itu berwarna kuning kehijau-hijaun di saat masih kuncup, hijau saat muda, dan berubah menjadi hitam di kala tua.
Di samping itu, ada juga jenis palem langka, yakni palem berdaun payung (Johannesteijsmannia altifron). Disebut demikian karena daunnya menyerupai payung dengan batang sebagai tangkainya.
Lalu ada juga tumbuhan endemik khas TN Berbak, Lepidonia kingii lorantaceae. Tumbuhan berbunga besar dan berwarna merah atau ungu ini tak ditemukan di tempat lainnya, kecuali di kawasan tersebut.
Kalau Anda pecinta anggrek, TN Berbas adalah tempatnya. Bukan apa-apa, di sana masih banyak anggrek yang belum terungkap karena memang selama ini kawasan tersebut masih terisolir alias belum tersentuh manusia. Anda tentu penasaran melihat anggrek harimau yang hanya berbunga setiap 10 tahun.
Menyatu dengan habitat anggrek, juga tumbuh subur jenis pepohonan besar di antaranya ramin (Gonystilus bancanus), jelutung (Dyera costulate), durian (Durio carinatus), pulai, meranti (Shorea sp.), dan keluarga Dipterocarpaceae. Rasanya amat lengkap keragaman hayati fl ora dan faunanya. Jadi, tugas kita semua adalah menjaganya agar tetap lestari hingga anak-cucu kelak.