Senin, 27 September 2010

Apa Yang Kurang dari bangsa Sebesar Indonesia?

Saya tetap kukuh dgn perspektif awal saya bahwa kita
kurang, kurang dan kurang ( double kurang )dalam segi
keahlian ( ekonomi, politk, sosial, budaya, sains,
research, eksplorasi)seperti olah pikir terstruktur
dan tersistem yg dianut oleh para filsuf sehingga arah
kebijakan para birokrat pemerintahan selalu salah
kaprah dan kacau-balau.. artinya kita sebagian besar
bangsa ini tidak dilatih berfikir runtun, rumit,
integral tapi terpola sehingga yg dihasilkan adalah
manusia-manusia ABS( asal bapak senang) dan ya..ya..ya
..( ngihhh pak) sebagai akibat sistem kebapakan (
paternalistik) dan lebih pada tokoh panutan
Kharismatis dibanding kemandirian pemikiran..

Hasilnya bisa ditebak, kebijakan ,UU dan Kepres dan
Kebijakan Birokrat cenderung singkat( temporer) dan
tidak berjangkauan jauh ke depan ( jangka panjang)
baik dlm misi dan visi. Sedang freedom thinker(Pemikir
merdeka ) kurang berperan dalam hal ini .Yang
dihasilkan adalah kebijakan top down( atasan ke
bawahan) dibanding bottom up( rakyat atau bawahan ke
atasan ) dgn tujuan laten yaitu mempertahankan
otoritas dan kekuasaan. Ada benarnya sistem Politik
otoriter selaku salah satu kesalahan fatal bagi
perkembangan pemikiran..

tapi perlu saya tekankan yg menggagas pemikiran
kearah kesetaraan hak Politik untuk bersuara adalah
para Filsuf Politik semacam John Locke( aliran
filsafat Empirik), Rosseau ( filosof Rasionalist
positifisme ) dan Plato filsuf Yunani, selaku pemikir
Politik dalam " Republika" .

Saya makin meyakini hal ini disebabkan oleh ketidak
mampuan kita-bangsa ini untuk bisa berfikir filosofis
dalam bidang Politik termasuk bidang Ekonomi dimana
kita di brain wash dgn rumus-rumus ekonomi Liberali
Kapitalism gagasan filosof Ekonomi Adam Smith dalam
"Filsafat Moral" nya, juga John Locke Filosof
Politik dan Ekonomi dgn gagasan Industrialisasi
Inggris.

kita gagal mengembangkan ciri khas sendiri dalam
sektor Ekonomi Makro juga Mikro…. Hasilnya bisa diduga
yaitu terkaman kapitalis atas dunia ke 3 dgn gagasan
seram yaitu liberalisasi global dan kapitalisme . Hal
ini tersebab kita tidak punya rumusan antitesa atas
kapitalisme yang artinya lemahnya pemikiran-pemikiran
filosofis dibidang Ekonomi demi terciptanya iklim
ekonomi yg kondusif dalam menghadang laju para
kapital.

Sedang di bidang Budaya keagamaan tidak berbeda jauh,
terkaman liberalism style lebih tajam dibanding budaya
adiluhung negeri sendiri.. Disaat negara Barat sedang
sibuk dgn Enlightment( pencerahan akal budi rasional)
kita umat timur lebih condong pada Enlightening (
pencerahan spirituil).. Ditandai dgn menjamurnya
tarekat dan aliran-aliran kebathinan dgn harapan
mengungguli para ahli mesin-mesin modern..

Sayang dimasa sekarang kebanyakan sarjana filsafat
lebih pada hafalan ttg output keluaran pemikiran para
filosof dunia, bukannya berfikir sendiri dan
mengeluarkan isi pemikiran otentik diri sendiri,
sehingga pengetahuan mereka ttg filsafat lebih berupa
pengetahuan ttg sejarah, asal usul dan tokoh beserta
keluaran pemikiran dibanding bagaimana cara
berfilsafat… Ini kelemahan para sarjana itu sehingga
mereka belum pantas disebut filsuf yg berfikir….

Maka kebangkitan Timur atau renaissance harus dan
wajib dimulai dari pencerahan akal rasio bergandengan
dgn pencerahan rohani spiritualisme.. Pencerahan
rohani saja akan gagal total dalam menghadang laju
kapitalis bermazhab liberalisme..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer