Tanpa terasa sudah 65 tahun Indonesia merdeka, tapi masih saja ada yang mengganjal dan menjadi pertanyaan kita sebagai anak bangsa mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila terutama nilai kemanusiaan dan persatuan.
Beberapa pekan ini, negeri ini mengalami banyak peristiwa yang membuat kita marah, sedih, benci, dan lain-lain. Bercampur aduk menjadi satu. Mulai dari terorisme, nasib tenaga kerja kita di luar negeri, klaim Malaysia terhadap beberapa seni budaya peninggalan nenek moyang sampai wilayah teritorial Republik Indonesia dan terakhir adalah peristiwa gempa yang sempat mengguncang pulau Jawa.
Hampir seluruh rakyat di negeri ini bergerak, bangkit dan mengambil sikap. Kasus terorisme yang sempat membahana di pelosok negeri lewat siaran langsung oleh media TV yamg dikemas secara dramatis sampai pengungkapan siapa-siapa saja yang terlibat dibalik aksi teror bom bunuh diri. Semua orang menyatakan sikap mengutuk, marah, mencaci, memberikan rasa salut kepada kepolisian sampai menolak jenasah aksi pengeboman dikubur di daerahnya.
Kemudian kasus klaim Malaysia yang mengganggu hubungan saudara serumpun, seluruh rakyat Indonesia bersatu dengan melakukan aksi demo, pembakaran bendera Malaysia bahkan pemutusan hubungan diplomatik. Sebuah aksi yang menampakkan nilai-nila nasionalisme di dalam hati sanubari masyarakat Indonesia.
Yang terakhir adalah peristiwa gempa yang baru beberapa hari terjadi dimana banyak saudara-saudara kita menjadi korban bencana. Bukan hanya kehilangan harta benda tapi juga kehilangan sanak saudara yang meninggal dunia. Dari peristiwa gempa tersebut tanpa perintah, secara otomatis masyarakat Indonesia tergerak hati untuk menolong korban-korban bencana baik berupa sumbangan makanan, minuman, pakaian sampai pengumpulan dana walaupun disana-sini masih saja ada kekurangannya. Tetapi intinya adalah nilai-nilai kemanusian yang ada di dalam hati nurani masyarakat Indonesia bergerak untuk melakukan aksi nyata. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya pengumpulan dana lewat salah satu stasiun TV swasta baru-baru ini yang berhasilkan mengumpulkan dana sebesar Rp 19,2 milyar.dan ini belum termasuk donasi yang dilakukan lewat telepon. Kalau tidak salah ada yang menyumbangkan tanahnya seluas 2000 meter persegi secara hibah yang bisa dipakai untuk para korban yang telah kehilangan rumahnya dimana lokasi rumah mereka yang telah hancur itu sudah tidak layak untuk dihuni kembali.
Sungguh tampak sekali nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan bangsa ini, tetapi sungguh ironi juga kalau kita tengok ke belakang terutama sejak reformasi dimana rasa toleransi, penghormatan kepada yang lebih tua, sopan santun dan tingkat kepercayaan kepada pemimpin-pemimpin bangsa telah mencapai titik yang sangat memprihatinkan. Semuanya merasa paling benar, saling curiga, masa bodo dengan keadaan yang sebenarnya terjadi (di lingkungan sekitar). Lihat saja bagaimana pemilu lemarin baik legislatif maupun presiden, dengan mudahnya uang dihambur-hamburkan demi sebuah kepentingan dan kekuasaan. Caci maki dan fitnah sering kali diperdengarkan dan dipertontonkan. Suatu yang bertolak belakang dengan apa yang terjadi sekarang.
Apakah bangsa Indonesia harus punya musuh bersama dan mengalami bencana besar dulu baru kita bisa bersatu ? Pertanyaan yang tampaknya mudah tapi sulit untuk dicari jawabannya dengan aksi nyata. Mari kita bersama-sama untuk mencari jawabannya lewat hati nurani. Merdeka !!!!
Minggu, 26 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
Jumlah sampah plastik yang terapung di lokasi di Samudra Atlantik saat ini sama dengan jumlah plastik pada 20 tahun yang lalu. Padahal, oran...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar